Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

PKPK Psikologi UNAIR bersama KUA Kecamatan Kebomas Selenggarakan Pelatihan Gender Mainstreaming pada Siswa SMA di Gresik

Masa remaja identik dengan pencarian identitas. Untuk mencapai suatu identitas sosial, seorang remaja harus mengerahkan tenaga yang lebih, sehingga tak jarang dari sebagian dari mereka mengalami kegagalan untuk mencapai identitas sehingga berakhir pada kebingungan identitas. Kebingungan identitas ini dapat berdampak buruk pada perkembangan remaja itu sendiri dengan berpotensi menyebabkan munculnya perilaku kenakalan remaja yang mana salah satunya adalah seks bebas. 

Selain masalah seks bebas, masalah yang paling marak di kalangan remaja apalagi di dalam lingkungan sekolah adalah bullying. Menurut Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), tercatat terdapat 573 kasus kekerasan dalam lingkungan sekolah dan pesantren dengan Provinsi Jawa Timur tercatat di angka 81 kasus kekerasan. Beberapa fakta ini tentunya tidak boleh hanya dipandang sebelah mata saja karena bullying memiliki dampak yang sangat buruk bukan hanya pada korban saja, tetapi juga lingkungan di sekitar korban.

Maka dari itu, perlu ada kesadaran yang tinggi dari remaja-remaja itu sendiri akan pentingnya bahaya bullying dan pentingnya hubungan yang sehat antar lawan jenis. Oleh karena itu, pada hari Kamis (22/5), yayasan sosial Loh Jinawi bekerja sama dengan Pusat Krisis dan Pengembangan Komunitas (PKPK) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, PLN Nusantara Power Gresik, KUA Kebomas, dan SMA Negeri 1 Kebomas mengadakan pelatihan kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Kebomas tentang Gender Mainstreaming, bahaya bullying, dan mempertahankan hubungan yang sehat antar lawan jenis untuk membangun kesadaran yang tinggi sejak usia remaja.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memenuhi beberapa poin dari Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu poin ke-4 dan ke-5 yang berkaitan dengan kualitas edukasi dan kesetaraan gender. Dengan diadakannya kegiatan ini harapannya bisa mengurangi angka bullying di lingkungan sekolah SMAN 1 Kebomas, meningkatkan pemahaman siswa-siswi tentang gender, dan menciptakan hubungan yang sehat antar individu.

Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan di Aula SMA Negeri 1 Kebomas dan dihadiri oleh 50 murid kelas 11 SMA Negeri 1 Kebomas. Materi pertama tentang gender dan materi kedua tentang bullying diisi oleh Bani Bacan Hacantya Yudanagara S.Psi., M.Si., sedangkan materi ketiga tentang bergaul dengan sehat dibawakan oleh Lantip Muhammad Dewabrata S.Psi., M.Si.

Pada kegiatan ini, siswa-siswi tidak hanya mendapatkan materi yang bermanfaat saja, tetapi juga diajak untuk turut serta berpartisipasi di dalam kegiatan. Dalam sesi pembawaan materi tentang gender, Bani Bacan mengajak siswa-siswi untuk menuliskan karakteristik fisik dan sosial yang berhubungan dengan laki-laki dan perempuan di papan yang telah disediakan. Hal tersebut memiliki tujuan untuk memudahkan pemahaman siswa-siswi tentang perbedaan gender dan jenis kelamin. “Perbedaan utama dari jenis kelamin dan gender adalah jenis kelamin merupakan hal yang bersifat bawaan, dari lahir kita sudah memiliki itu, sedangkan gender tidak seperti itu” jelas Bani Bacan. 

Tak hanya pemberian materi, siswa-siswi juga diajak untuk berdiskusi secara kelompok untuk memecahkan beberapa soal yang berkaitan dengan kasus yang berhubungan dengan bullying dan kehamilan di luar nikah dan mempresentasikannya di depan aula. “Seorang yang sedang hamil di luar nikah akan mendapatkan dampak psikologis yang signifikan yang berasal dari tekanan yang ia dapat dari orang-orang terdekatnya” tutur salah satu siswa kelompok 5 yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya. Disediakannya forum ini, dengan harapan untuk meningkatkan pemahaman tentang materi, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berbicara di depan publik dari siswa-siswi SMA Negeri 1 Kebomas.

Secara keseluruhan, kegiatan pelatihan telah berjalan dengan lancar dan disambut dengan antusias yang tinggi dari siswa-siswi SMA Negeri 1 Kebomas. Kegiatan diakhiri dengan sesi pemberian hadiah kepada peserta teraktif. Melalui kegiatan pelatihan ini, PKPK UNAIR bersama dengan Loh Jinawi ingin mendorong siswa-siswi untuk meniadakan perilaku diskriminasi gender dan kekerasan di dalam lingkungan sekolah.