Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Atasi Stunting, FPsi UNAIR Adakan Pelatihan Maternal Feeding di Kecamatan Talango, Sumenep

Dalam upaya mewujudkan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni Pengabdian kepada Masyarakat, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga menggandeng pihak Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep, untuk mengadakan Pelatihan Maternal Feeding di Posyandu Desa Gapurana. Pengabdian masyarakat yang berfokus berfokus pada SDGs 2 (Zero Hunger) dan SDGs 3 (Good Health and Well-Being) ini diikuti oleh sekitar 60 orang peserta Sekolah Orang Tua Hebat.

Stunting, Pola Asuh, dan Maternal Feeding

Pemenuhan kebutuhan gizi dan pola asuh yang tepat menjadi inti materi pelatihan yang dilakukan di Kecamatan Talango ini. Prof. Dr. Suryanto, M.Si., Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga sekaligus salah satu pemateri pelatihan, menekankan pentingnya pemenuhan gizi bagi tumbuh dan kembang anak. Melalui sesi ini, peserta pelatihan diberikan pemahaman terkait bagaimana stunting dapat menghambat perkembangan anak, termasuk dampaknya yang tidak hanya menyasar pada tinggi badan anak, melainkan juga kognisi dan kesehatan jangka panjang.

Ibu Endang R. Surjaningrum, M.AppPsych., Ph.D., Psikolog, juga turut menekankan bahwa stunting tidak hanya disebabkan oleh kurangnya gizi, tetapi juga pola asuh. Pemilihan pola asuh memiliki peran yang sangat besar dalam pertumbuhan anak. Kendati demikian, masih banyak peserta pelatihan yang menerapkan pola asuh otoriter yang cenderung keras dalam mengasuh anaknya. Melalui dialog yang dilakukan oleh Bu Endang dengan peserta pelatihan, beberapa peserta pelatihan mengaku bahwa mereka bersikap keras ketika anaknya tidak mau menuruti apa yang mereka katakan, terutama ketika anak tidak mau makan. 

“Ciptakan momen makan yang berharga bagi anak, ciptakan suasana di mana anak merasa bahwa makan merupakan proses yang menyenangkan dan tidak menakutkan sama sekali. Beri mereka kesempatan untuk memilih piringnya sendiri, mengambil gelas kesukaannya, dan makan bersama orang terdekatnya. Dengan cara seperti itu, tidak akan ada ceritanya anak susah kalau disuruh makan,” tutur Bapak Afif Kurniawan, M.Psi., Psikolog.