Nidya Almira Xavier Herda Putri tercatat sebagai wisudawan Universitas Airlangga pada September 2023. Alih-alih merampungkan kuliah dengan skripsi, mahasiswa Fakultas Psikolog Unair angkatan 2018 ini memanfaatkan konversi skripsi dengan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta.
Dikutip dari laman resminya, Unair kini merupakan salah satu universitas yang menerapkan metode lulus tanpa skripsi di sejumlah prodinya. Salah satunya di prodi Nidya.Syaratnya, mahasiswa wajib memenuhi persyaratan lain, misalnya seperti mengikuti konversi PKM.
Aplikasi Kesehatan Mental Pengganti Skripsi
Di PKM, Nidya membuat aplikasi self-care berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama Sejati. Ia menjelaskan, app tersebut memiliki fitur rekomendasi aktivitas self-care, mood tracker, chatbot curhat ENO Chatbot, dan artikel kesehatan mental. Ia berharap, app rancangannya bisa menurunkan risiko depresi bagi remaja.
“ENO jadi fitur utama karena harapannya chatbot ini bisa jadi teman cerita bagi para penggunanya. Sehingga, mereka bisa merasa didengarkan kapanpun dan di manapun. Jangka panjangnya, saya juga berharap aplikasi ini bisa mengurangi stigma kesehatan mental di Indonesia,” ucap Nidya.
Ia bercerita, penelitian dan app tersebut berangkat dari data bahwa depresi adalah gangguan mental dengan prevalensi tertinggi di Indonesia, terutama pada kelompok remaja. Prototipe aplikasi tersebut sudah melakui uji coba dengan beberapa orang yang menenuhi kriteria. Harapannya, aplikasi ini ke depannya dapat terus dikembangkan.
Konversi Skripsi
Nidya menuturkan, ia semula tidak berencana melakukan konversi skripsi. Namun, ia mulai tertarik dengan opsi tersebut setelah bergabung dengan organisasi Garuda Sakti Unair, badan otonom kampus yang bergerak di bidang PKM dan Mahasiswa Berpresatsi (Mawapres). Di sana, ia pun mengenal lebih jauh tentang PKM dan menjajalnya.
Menurut Nidya, konversi skripsi dengan PKM tidak mudah. Sebab, penelitian PKM baginya sama-sama sulit dengan penelitian skripsi. Saat menjalani penelitian PKM, ia juga menyusun latar belakang hingga metode di proposal, melakukan bimbingan dengan dosen, sidang, dan penyusunan laporan akhir.
“Aku merasa bahwa konversi skripsi dengan PKM adalah salah satu privilege yang aku miliki untuk merasakan pengalaman ‘skripsi yang levelnya di-upgrade’. Maksudnya aku merasa bahwa apa yang aku kerjakan selama PKM kurang lebih sama dengan apa yang seharusnya aku lakukan ketika mengerjakan skripsi,” tutur Nidya, dikutip dari laman Unair, Minggu (29/10/2023).
“Bedanya, di PKM ini aku bahkan dapat ‘bimbingan ekslusif’ dengan tim pembina dari Unair dalam bentuk monitoring dan evaluasi bulanan, bantuan dana dari pemerintah, dan bisa merasakan langsung rasanya sidang di hadapan para reviewer dari luar daerah,” paparnya.
Nidya berharap, program konversi skripsi ke depannya dapat menguatkan iklim kebebasan akademik di lingkungan kampus.
“Semoga para mahasiswa bisa fokus pada pengalaman yang lebih praktis dan memberi mereka ruang untuk mengembangkan diri dalam bentuk apapun. Tentu, tanpa mengurangi esensi dan manfaat yang akan mereka dapat,” pungkasnya.