Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Unik! Ibu dan Putrinya Lulus Bersama dari Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Wisuda UNAIR periode September 2019 merupakan hari yang membahagiakan bagi para mahasiswa lulusan Universitas Airlangga, salah satunya adalah Ibu Fitri Andriani yang merupakan dosen pengajar di Fakultas Psikologi UNAIR. Ibu Fitri lulus dari jenjang pendidikan S3 Psikologi Pendidikan Universitas Airlangga.

Hal yang menarik adalah pada wisuda ini, beliau melaksanakannya bersama-sama dengan wisuda putrinya yang bernama Amalia F. Rahmadini, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga angkatan 2015 tersebut biasa dipanggil Amel. Ia lulus dari jenjang pendidikan S1 dengan konsentrasi studi yang sama seperti ibunya, yaitu Psikologi Pendidikan dan Perkembangan.

Amel mengatakan bahwa mempelajari ilmu psikologi adalah keinginannya sejak SMP. “Waktu SMP ada guru BK yang cara ngajarnya itu enak banget, santai, dan salah satu metode mengajarnya itu pakai mainan. Jadi dari situ aku ingin ambil Psikologi. Kalau orang tua sih membebaskan aku mau jadi apa” jelas Amel.

Bagi Amel, menjadi anak dosen merupakan tantangan yang cukup unik selama menjadi mahasiswi di Fakultas Psikologi UNAIR. Ia merasa sulit untuk menyembunyikan identitas diri sebagai anak dosen selama empat semester awal. “Awal masuk mata kuliah pengukuran psikologi, hampir banyak yang tahu. Ada yang bilang aku mirip sama salah satu dosen. Aku saat itu menahan ketawa dan pura-pura jawab mungkin itu kakak aku” cerita Amel. Namun ketika mulai banyak yang tahu, ia merasa menjadi pusat perhatian sehingga terkadang merasa canggung saat akan menyapa.

Dalam penelitian tugas akhirnya, Amel tertarik untuk membuat norma dari alat tes DAT (Differential Aptitude Test). Ia juga tidak merasa ada kesulitan dalam membagi waktu untuk kuliah, menyelesaikan skripsi, dan waktu untuk menjadi asisten Laboratorium Psikologi UNAIR di semester 7, tahun 2018.

Sedikit berbeda dengan cerita dari anaknya, Ibu Fitri menjelaskan alasan beliau saat mengambil S2 jurusan Psikometri di Universitas Gajah Mada. Beliau memilih jurusan psikometri karena jurusan tersebut peminatnya tidak sebanyak jurusan lain. Setelah lulus dari jenjang pendidikan S2, Ibu Fitri kembali ke UNAIR untuk menjadi dosen pengajar di bidang Psikometri. Lalu untuk pendidikan S3, beliau diberi keringanan untuk tidak mengajar selama satu sampai dua semester terakhir supaya fokus untuk menyelesaikan disertasi. Ibu Fitri tidak merasa kesulitan membagi waktu untuk mengajar dan waktu untuk berkuliah di jenjang pendidikan S3.

Bu Fitri menjelaskan pada awalnya tidak ada keinginan untuk lulus bersama-sama dengan anaknya. Namun ketika anaknya mulai mengambil skripsi, setahun belakangan beliau memotivasi anaknya dengan mengajak untuk lulus bersama. Amel juga menambahkan, “Sebelumnya selama proses pengerjaan skripsi, aku pernah merasa malas. Tapi setelah liat Ibu yang rajin mengerjakan tugas akhir juga, aku ikut termotivasi”.

Amel merasa proses kelulusan ini lebih spesial daripada kelulusan yang lain. Jika biasanya perayaan kelulusan dilakukan bersama dengan adik/kakak, namun ia bisa melaksanakannya bersama dengan orangtua, yang usianya sudah pasti jauh berbeda. Ia juga menjelaskan saat penyerahan terkait ikatan alumni, biasanya diserahkan oleh dosen wali, namun saat itu dosen walinya tidak datang, dan ternyata Ibu Fitri yang menyerahkan, sehingga membuatnya sedikit  salah tingkah.

Rencana yang ingin Amel lakukan setelah lulus adalah ingin mendaftar pendidikan S2 dengan mengambil jurusan Psikometri di Universitas Padjadjaran atau UGM. Lagi-lagi, Ibu Fitri tidak menuntut anaknya. “Prinsipnya seperti layang-layang, dibiarkan bebas ke udara, tapi tetap ada tali yang kita pegang. Kalau tali itu lepas, ya tidak terarah. Jadi saya tidak memaksa pilihan anak saya untuk ke depannya” jelas Ibu Fitri.

Beliau juga menjelaskan jika tidak ada batas usia dan waktu untuk belajar. Kalau dulu orang tua mengajari anak, namun sekarang orang tua dan anak bisa belajar bersama. Menurut Bu Fitri, mahasiswa tidak perlu tergesa-gesa untuk lulus, namun jangan terlalu lambat. Proses belajar itu harus dinikmati supaya ada kesan dan membuat individu selalu memandang proses belajar sebagai hal positif.

~Tim Insight