Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Psikologi UNAIR Mengadakan Training of Trainer (TOT) Gender Mainstreaming dan Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Lingkungan Sekolah

Kasus bullying dan kekerasan sering terjadi di lingkungan sekolah. Guru sebagai orang tua kedua bagi siswa-siswi di sekolah memiliki tanggung jawab penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif dan ramah bagi seluruh siswa. Dalam upaya pengarusutamaan gender, guru perlu dibekali keterampilan dalam pengurangan risiko bullying dan kekerasan berbasis gender yang terjadi di lingkungan sekolah. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga melalui Pusat Krisis dan Pengembangan Komunitas (PKPK) mengadakan Training of Trainer (TOT) “Gender Mainstreaming dan Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Lingkungan Sekolah”. Pusat Krisis dan Pengembangan Komunitas (PKPK) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga bersama dengan PLN Nusantara Power UP bersama dengan Lohjinawi mengadakan kegiatan pelatihan pada guru untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan terkait pengarusutamaan gender dan pengurangan risiko bullying dan kekerasan yang dialami oleh siswa.

Sebagai salah satu Unit Terapan Fakultas Psikologi UNAIR, PKPK berkomitmen untuk berkontribusi pada Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya pada tujuan ke-4 yakni menjamin pendidikan yang inklusif dan berkualitas serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, serta pada tujuan ke-5 yakni mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 September 2024 bertempat di UPT Sekolah Dasar (SDN) 17 Gresik. Pelatihan ini dibagi menjadi empat sesi. Narasumber dalam Pelatihan ini adalah Bani Bacan Hacantya Yudanagara S.Psi, M.Si. dan Muhammad Lantip Dewabrata, S Psi, M.Si.

Sesi pertama dibawakan oleh Bani Bacan Hacantya Yudanagara S.Psi, M.Si. dengan materi “Kesetaraan Gender”. Peserta diberikan materi mengenai Perbedaan gender dan jenis kelamin, konstruksi gender dan bentuk-bentuk ketidakadilan gender. Pada aktivitas pertama yaitu “perbedaan gender”, peserta diminta untuk menuliskan ciri atau karakteristik perempuan dan laki-laki di sticky note yang berbeda warna, kemudian jawaban peserta ditempel pada kertas yang sudah dibedakan antara dua sisi. Kemudian peserta bersama dengan narasumber mengidentifikasikan karakter mengikuti label antara jenis kelamin dan gender. Pada aktivitas kedua, peserta diminta untuk mendiskusikan analisis isu gender. Peserta diminta untuk mengidentifikasi penyebab timbulnya isu, alternatif solusi dan pihak mana saja yang dapat diajak bekerja sama.

Sesi kedua yakni “Pemahaman Dasar Tentang Jenis, Faktor, dan Dampak Bullying”. Peserta diberikan materi mengenai jenis-jenis bullying, faktor-faktor penyebab bullying dan dampak bullying dari segala aspek. Pada sesi kedua ini, peserta dalam kelompok disajikan suatu skenario, dan peserta diminta untuk mendiskusikan beberapa hal terkait dengan perasaan korban, perasaan pelaku, apa yang dirasakan oleh orang disekitar kemudian peserta diminta untuk melakukan presentasi.

Sesi ketiga dibawakan oleh Muhammad Lantip Dewabrata, S Psi, M.Si. mengenai “Gambaran Tentang Bentuk Kekerasan Fisik, Pelecehan Seksual, dan Lainnya”. Materi diantaranya adalah definisi kekerasan, kekerasan pada anak, jenis-jenis kekerasan, dampak-dampak kekerasan, faktor risiko dan faktor protektif kekerasan.

Pada sesi keempat dan yang terakhir membahas mengenai “Kapasitas Psikososial yang Perlu Dimiliki Guru dan Siswa Untuk Mencegah Terjadinya Bullying dan Kekerasan Lainnya”. Setelah pada sesi-sesi sebelumnya membahas mengenai kesetaraan gender, bullying, dan kekerasan yang menjadi isu dalam pelatihan ini. Pada sesi keempat ini membahas mengenai pencegahan dan penanganan. Materinya berisi hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menangani bullying, empati, komunikasi dan mendengar aktif hingga teknik-teknik mendengar aktif. Pada sesi keempat ini juga terdapat role play oleh peserta untuk mempraktekan langsung teknik mendengar aktif oleh peserta.