Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Kolaborasi BPBD Kota Blitar dan PKPK Psikologi UNAIR: Pelatihan dan Simulasi Psychological First Aid di Situasi Bencana pada tim Psychological Support Program Kota Blitar

Indonesia merupakan negara dengan resiko tinggi terhadap bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi. Bencana alam yang terjadi tentu dapat menimbulkan trauma psikologis bagi masyarakat yang terdampak. Oleh karena itu, diperlukan mitigasi berupa pemulihan trauma psikologis pasca bencana bagi warga yang terdampak.

Maka dari itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Blitar mengadakan pelatihan dan simulasi penanganan trauma psikologis pasca bencana pada hari Rabu, 11 Juni 2025. Acara ini diselenggarakan di halaman Poltekkes Kemenkes Malang (Polkesma) Kampus 3 Blitar, dengan mendatangkan pemateri dari akademisi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, yakni Bani Bacan Hacantya Yudanagara, S.Psi., M.Si. Peserta diberikan materi tentang bagaimana cara menangani trauma psikologis warga yang terdampak bencana, termasuk orang dengan gangguan kejiwaan (ODGJ).

Tujuan utama pelatihan ini adalah untuk membangun keterampilan peserta dalam menangani trauma psikologis korban bencana. Kegiatan ini juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 3 ‘Good Health and Well-being’ dan SDG 11 ‘Sustainable Cities and Communities’. Sesuai dengan SDG 3, kegiatan ini berfokus untuk ‘memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua orang di segala usia’ dan mempromosikan kesehatan mental yang baik, yakni kegiatan ini didorong oleh SDG 11 untuk memenuhi langkah dalam membangun masyarakat yang resilien/tangguh terhadap bencana.

“Kegiatan pelatihan dan simulasi ini bagian dari mitigasi bencana. Prinsipnya, kami mempersiapkan bekal ketrampilan agar selalu siaga jika sewaktu-waktu ada bencana. Harapannya ya tidak ada bencana,” kata Kepala BPBD Kota Blitar, Agus Suherli. Menurutnya, kegiatan pelatihan dan simulasi ini sangat penting karena merupakan bagian dari mitigasi bencana.

Agus menyampaikan bahwa peserta dalam pelatihan dan simulasi berasal dari berbagai kalangan, seperti tenaga kesehatan, petugas PMI, Tagana, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan. Selain pemahaman teoritis, para peserta juga diajak untuk membentuk tim tanggap darurat. “Dalam pelatihan ini, mereka langsung dibagi ke dalam tim. Tim tersebut nantinya akan disahkan oleh Wali Kota Blitar dan akan menerima surat keputusan (SK). Prosesnya masih berjalan,” jelasnya.

Dengan adanya pelatihan ini, kerjasama antar BPBD Kota Blitar dan PKPK UNAIR berhasil memperlengkapi para peserta dalam menangani trauma psikologis, sebagai langkah untuk menumbuhkan resiliensi individu dalam menghadapi dan mewaspadai bencana alam. Melalui kegiatan pelatihan ini, PKPK UNAIR bersama dengan BPBD Kota Blitar mendorong pemenuhan hak masyarakat dari berbagai usia dan latar belakang di Indonesia untuk memperoleh pendidikan serta kesiapan yang memadai dalam kesejahteraan mereka, terutama dalam situasi bencana yang tak terduga.

(Alifia Khairunisa dan Chiquita Evita Fatimah)