Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah fenomena yang masih sering terjadi di Indonesia. Perempuan, yang sering kali menjadi korban utama, harus menghadapi ketakutan, trauma, dan dilema yang mendalam. Meskipun kesadaran masyarakat tentang isu ini terus meningkat, banyak pula masyarakat yang masih belum memahami macam bentuk kekerasan dan bagaimana cara menghadapinya. Masih banyak korban yang masih terjebak dalam siklus kekerasan tanpa jalan keluar yang jelas karena mereka tidak mengetahui apa yang harus dilakukan.
Hal inilah yang mendorong PT. PLN Nusantara Power Gresik, Yayasan Loh Jinawi Surabaya, dan Pusat Krisis dan Pengembangan Komunitas (PKPK) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga untuk berkolaborasi dalam mengadakan berbagai pelatihan pada masyarakat di Kelurahan Gending, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Program berjudul Asa Bergending (Aman Sehat Perempuan Berdaya Gending) ini dilakukan dalam rentang waktu satu bulan, dimulai dari bulan Juni hingga Juli 2024.
Kegiatan Asa Bergending terdiri dari empat kali pelatihan yang diadakan secara luring di Kantor Kelurahan Gending. Setiap pelatihan memiliki materi yang berbeda. Kegiatan ini berupaya mendorong tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-3 yang memastikan kehidupan sehat dan kesejahteraan bagi semua individu di segala usia, serta tujuan ke-5 yang mendorong kesetaraan gender. Pertemuan pertama yang diadakan pada Selasa (25/6/2024) merupakan pelatihan self-love yang dipandu oleh Andini Damayanti, M.Psi., Psikolog sebagai pemateri. Pelatihan meliputi pengertian menyayangi diri sendiri, cara untuk menyayangi diri sendiri, dan mengatasi stress atau emosi negatif. Di akhir sesi, peserta melakukan kegiatan membuat afirmasi positif dan berbagi cara-cara mengatasi stress dan mengatur emosi.
Pertemuan kedua merupakan pelatihan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap KDRT. Diadakan pada Sabtu (13/7/2024), pelatihan ini dipandu oleh Dr. Ike Herdiana, M.Psi., Psikolog yang memaparkan materi tentang pengertian KDRT, bentuk-bentuk kekerasan, dampak psikologis yang dialami oleh penyintas, dan penanganan berbasis individu dan masyarakat. Selain pemaparan materi, ada pula diskusi kelompok terkait contoh-contoh kasus KDRT yang pernah diketahui peserta dan bagaimana seharusnya keluarga serta masyarakat merespon.
Selanjutnya, pertemuan ketiga yakni pelatihan komunikasi efektif dan asertif, diadakan pada Senin (15/7/2024). Materi yang dibawakan oleh Bani Bacan Hacantya Yudanagara, S.Psi., M.Si. terdiri dari pemaparan tentang komunikasi efektif, pola komunikasi asertif, pasif, dan agresif, serta manfaat dan kerugian yang diperoleh dari pola-pola komunikasi tersebut. Setelah pemaparan materi, peserta berlatih menerapkan komunikasi asertif dan akhirnya melakukan role play penerapan komunikasi asertif dalam berbagai situasi.
Pertemuan keempat sekaligus terakhir diadakan pada Selasa (30/7/2024). Tiara Diah Sosialita, M.Psi., Psikolog menjadi pemateri dalam pelatihan Trauma Releasing Exercise (TRE). Peserta mempelajari tentang macam respons trauma, manajemen trauma, dan pengertian TRE sebelum akhirnya berlatih mempraktikan TRE dan relaksasi secara bersama-sama.
Selama empat pertemuan yang diadakan, para peserta tidak hanya dibekali materi, tetapi juga diberikan pre-test dan post-test. Hasil menunjukan adanya peningkatan kesejahteraan mental serta pengetahuan peserta, peserta juga terlibat di berbagai kegiatan seperti praktik dan bermain peran. Sepanjang kegiatan, para peserta menunjukkan antusiasme, aktif berpartisipasi dalam diskusi dan berbagi pengalaman, dan dengan semangat mengikuti setiap sesi yang disajikan.