Penulis: Areefa Aliya Firdausi
NIM: 113241243
Seiring berjalannya kemajuan teknologi, sosial media yang juga berlandaskan teknologi pun menjadi melaju pesat akhir-akhir ini. Bahkan, para remaja saat ini hampir tidak bisa dijauhkan dari sosial media. Di satu sisi, platfrom sosial media seperti Facebook, Instagram, Twitter, Tiktok, dan lain sebagainya tidak hanya digunakan untuk berinteraksi sosial, tetapi juga untuk mengekspresikan diri, membangun identitas, dan juga dapat digunakan untuk mengejar bakat maupun minat diri. Bahkan, media sosial pun bisa menjadi permulaan karir bagi beberapa remaja diluar sana. Meskipun media sosial dapat memberikan manfaat tersebut, di sisi yang lainnya, penggunaan media sosial yang berlebihian dapat berdampak negatif pada remaja termasuk risiko kesehatan mentalnya.
Banyak penelitian yang mengatakan bahwa media sosial dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental. Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal (Chen et al., 2024) menemukan bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam per hari berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan mental terutama masalah internalisasi alias citra diri. Selain itu, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh (Primack et al., 2017) penggunaan media sosial yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan gejala depresi dan kecemasan pada remaja. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perbandingan sosial dan cyberbullying.
Perbandingan sosial terjadi ketika individu membandingkan diri mereka dengan orang lain, yang sering kali berakibat pada rasa tidak cukup baik. Remaja seringkali terpapar pada gambar-gambar ideal yang ditampilkan di media sosial, yang dapat membuat mereka merasa kurang menarik atau tidak berharga. Sebuah penelitian oleh (Tiggemann & Slater, 2013) menemukan bahwa remaja yang lebih sering menggunakan media sosial cenderung merasa lebih buruk tentang penampilan fisik mereka. Sedangkan cyberbullying merupakan fenomena lain yang berkembang seiring dengan popularitas media sosial. Remaja yang menjadi korban cyberbullying sering mengalami stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Menurut penelitian oleh (Kowalski et al., 2014) dampak psikologis dari cyberbullying bisa sangat merusak, sering kali menyebabkan masalah emosional yang serius.
Tidak hanya itu survey lain yang dilakukan oleh (Anderson & Jiang, 2018), menunjukkan bahwa satu dari enam remaja telah mengalami setidaknya satu dari enam bentuk perilaku penganiayaan online mulai dari panggilan nama, menyebarkan rumor palsu, menerima gambar eksplisit yang tidak diminta, serta mendapat ancaman fisik. Namun hal yang memperparah kondisi tersebut adalah dimana para remaja menganggap hal-hal negatif yang terjadi di media sosial tersebut merupakan hal yang lumrah dan sudah menjadi risiko dari bermain media sosial. Jika hal itu terus diremehkan dan dianggap benar, maka permasalahan-permasalahan dari penggunaan media sosial di atas dapat sangat mudah terjadi.
Dengan mengetahui tingkat kecanduan serta dampak yang tinggi dari penggunaan media sosial, upaya untuk mencegah dampak negatif dari penggunaan media sosial terhadap remaja dapat dimulai dengan membatasi waktu penggunaan media sosial. Penelitian yang dilakukan oleh (Hunt et al., 2018) menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang lebih sedikit berkorelasi dengan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi seperti peningkatan mood, bahkan hingga mengurangi tingkat depresi.
Selain dengan membatasi waktu penggunaan, dukungan sosial atau lingkungan sekitar juga merupakan aspek penting untuk mencegah munculnya dampak negatif dari penggunaan media sosial. Dengan mengembangkan jaringan dukungan di luar media sosial seperti teman-teman dan keluarga dapat memberikan stabilitas emosional yang diperlukan dan hal tersebut dapat membantu merasa lebih terhubung secara nyata, bukan hanya virtual.
Peran orang tua juga menjadi aspek yang sangat penting dalam gempuran era media sosial yang terjadi saat ini. Hal tersebut menjadi tantangan terbesar bagi para orang tua jaman sekarang, mereka diharuskan untuk memastikan anak-anak remajanya menggunakan media sosial secara positif, tidak jarang konsumsi media sosial remaja itu mencontoh orang tuanya. Orang tua juga harus ikut andil dalam mengurangi konsumsi media sosial anak remajanya secara langsung maupun tidak langsung. Ketika orang tua banyak menghabiskan waktu di gadget daripada mengajak anaknya menghabiskan waktu di dunia nyata, maka akan banyak juga waktu yang dihabiskan oleh anak remajanya di dunia online.
Referensi:
- Dose-Dependent Association Between Body Mass Index and Mental Health and Changes Over Time (Chen et al., 2024)
- Social Media Use and Perceived Social Isolation Among Young Adults in the U.S. (Primack et al., 2017)
- NetGirls: The Internet, Facebook, and body image concern in adolescent girls (Tiggemann & Slater, 2013)
- Bullying in the digital age: A critical review and meta-analysis of cyberbullying research among youth. (Kowalski et al., 2014)
- Teens, Social Media and Technology 2018 (Anderson & Jiang, 2018)
- No More FOMO: Limiting Social Media Decreases Loneliness and Depression (Hunt et al., 2018)
No related posts.