Ketidaksetaraan gender merupakan masalah yang telah berlangsung selama berabad-abad. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menguranginya, kenyataannya masih banyak perempuan dan kelompok gender lainnya yang menghadapi tantangan besar dalam memperoleh hak yang setara di berbagai aspek kehidupan. Salah satu kesenjangan tersebut adalah kurangnya representasi perempuan dalam posisi kepemimpinan. Masalah ini terus berkembang di seluruh dunia, sehingga mendorong perlunya implementasi Gender Mainstreaming (pengarusutamaan gender) untuk mendukung peran individu tanpa memandang jenis kelamin.
Dalam upaya pengarusutamaan gender, khususnya pemberdayaan perempuan, penting bagi perempuan untuk memahami kesetaraan gender, termasuk perbedaan antara jenis kelamin dan gender. Selain itu, perempuan juga perlu didorong untuk berperan aktif dalam perekonomian keluarga dengan memberikan kontribusi ekonomi. Untuk itu, Komunitas Loh Jinawi bekerja sama dengan Unit Terapan Pusat Krisis dan Pengembangan Komunitas (PKPK) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga menyelenggarakan kegiatan bertajuk Gender Equality Training. Acara ini berlangsung pada Rabu, 5 Februari 2025, di BG Junction lantai 2. Sekitar 60 peserta yang merupakan ibu-ibu kader dari Bank Sampah se-Surabaya hadir dalam acara ini.
Kegiatan ini mendukung pencapaian SDGs 5 mengenai Kesetaraan Gender, yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Diharapkan, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender dapat berdampak positif pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan lainnya, seperti pengurangan kemiskinan dan peningkatan kualitas pendidikan.
Pelatihan ini terdiri dari dua sesi materi. Materi pertama disampaikan oleh Bani Bacan Hacantya Yudanagara, S.Psi., M.Si., sementara materi kedua dipaparkan oleh Muhammad Lantip Dewabrata, S.Psi., M.Si. Materi pertama bertajuk Gender Mainstreaming, yang membahas perbedaan antara gender dan jenis kelamin. Para peserta diminta untuk mengakses tautan Woopclap yang telah disediakan oleh pemateri dan menuliskan peran yang biasanya dijalankan oleh masing-masing jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan. Setelah itu, label peran tersebut dipertukarkan untuk melihat apakah peran tersebut bisa diterbalikkan, misalnya, apakah perempuan dapat menafkahi keluarga atau sebaliknya.
“Jenis kelamin adalah kodrat yang tidak dapat diubah, seperti perempuan yang mengalami menstruasi dan melahirkan, hal yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan gender adalah peran yang dibentuk oleh keluarga dan lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Bani Bacan dalam materi Gender Mainstreaming. Setelah pemaparan materi tentang Gender Mainstreaming, kegiatan dilanjutkan dengan sesi kedua. Materi kedua mengusung tema besar tentang peranan perempuan dalam ekonomi keluarga. Dalam sesi ini, Lantip Dewabrata meminta para ibu-ibu untuk merumuskan peran perempuan di keluarga dan lingkungan dengan menuliskan pengalaman yang pernah dilakukan, hambatan yang ditemui, harapan atau rencana ke depan, serta pihak-pihak yang dapat dilibatkan. Melalui aktivitas ini, peserta dapat melakukan refleksi diri dan mendapatkan wawasan dari pengalaman-pengalaman peserta lain yang bersedia untuk berbagi di depan. Secara keseluruhan, pelatihan ini berjalan lancar dan interaktif, dengan peserta aktif terlibat dalam setiap sesi, bukan hanya mendengarkan pemateri.