Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi seringkali tidak dapat diakses. Padahal pengetahuan kesehatan reproduksi penting bagi remaja agar mereka dapat membuat keputusan-keputusan penting terkait organ reproduksi dengan bijak dalam hidupnya. Selain itu, tiap tahun di Indonesia, 1,7 juta perempuan di bawah usia 24 tahun melahirkan dan hampir setengah juta nya adalah remaja. Fenomena perilaku seksual berisiko pada remaja juga terjadi di kecamatan Tosari, kabupaten Pasuruan. Angka pernikahan dini dan usia melahirkan terlalu muda banyak terjadi di Tosari.
Oleh karena itu, tim Pengabdian Masyarakat mengajak Posyandu Remaja Tosari dalam melakukan edukasi kesehatan reproduksi. Posyandu Remaja merupakan wadah potensial karena dapat menyasar peningkatan akses dan layanan kesehatan pada remaja dan pemuda yang ada di sekitar posyandu. Kegiatan ini dirancang berdasarkan framework positive youth development yang meyakini bahwa perkembangan pemuda yang positif dapat membantu mencegah risiko-risiko yang terjadi selama masa perkembangan, termasuk perilaku seksual berisiko. Tim merancang edukasi kesehatan reproduksi yang komprehensif. Selain edukasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, terdapat pembekalan terkait topik seputar perkembangan remaja yang positif.
Program edukasi ini juga bertujuan untuk mendorong SDGs ke-5 tentang kesetaraan gender. Kegiatan ini digagas oleh Kelompok Kajian Gender dan Anak Fakultas Psikologi UNAIR (@kawitan.id), didukung oleh Pusat Krisis dan Pengembangan Komunitas Psikologi UNAIR, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Airlangga, serta melibatkan puskesmas Tosari, Posyandu Remaja, dan Pemerintah Desa Podokoyo. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2022 dan dihadiri oleh kurang lebih 32 kader dan anggota posyandu remaja Tosari.
Materi yang diberikan di program edukasi kali ini spesifik membahas mengenai ‘Gaul Seru dan Sehat’. Selain membahas tentang cara bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, remaja juga diajarkan tentang cara bersikap asertif saat menolak ajakan teman atau pasangan yang membuatnya tidak nyaman. “Membangun pergaulan yang sehat ketika remaja sangatlah penting, terutama ketika remaja sudah mulai membina hubungan dengan lawan jenis. Remaja harus tahu batasan-batasan kegiatan seksual yang tidak boleh mereka lakukan, serta dampak-dampak yang akan muncul apabila mereka melakukan keputusan yang tidak bijak terkait organ reproduksinya” jelas pemateri, Ibu Bani Bacan Hacantya Yudanagara, S.Psi., M.Si., saat memberikan materi.
Para remaja terlihat antusias mengikuti serangkaian acara yang ada. Acara diawali dengan sambutan dari kepala desa, kemudian dilanjut dengan sesi ice breaking sebagai pembuka sebelum memasuki sesi materi agar peserta tidak merasa tegang. Setelah pemberian penyuluhan, remaja-remaja yang hadir diajak untuk berdiskusi bersama mengenai cara untuk bersikap asertif, kemudian beberapa peserta diminta untuk melakukan roleplay mengenai cara menolak ajakan berhubungan seksual dari pasangannya. Serangkaian kegiatan ini ditutup dengan pengisian post-test dan sesi foto bersama.
“Dari kegiatan tadi, saya sadar kalau ternyata pacaran kebablasan itu berdampak buruk bagi saya. Saya juga jadi merasa lebih sadar mengenai hal-hal seputar pergaulan. Terus pembawaan materinya juga enak, saya jadi pengen untuk bisa bicara didepan orang seperti itu” ujar Feli, salah satu kader yang menjabat sebagai ketua posyandu remaja saat ditanya mengenai kesan pesannya tentang kegiatan ini. Secara keseluruhan, program edukasi kesehatan reproduksi kali ini berjalan dengan lancar serta disambut dengan baik oleh para kader dan anggota posyandu remaja Tosari.
Related posts:
- BEM Psikologi Unair Adakan Equality Campaign Bahas Kesetaraan Gender dalam Keluarga
- Kolaborasi dengan PSIBI, Denteam UNAIR adakan Edukasi Gigi di Mojokerto
- Pelatihan Komunikasi Asertivitas Seksual untuk Mencegah Perilaku Seksual Pra-Nikah pada Remaja
- Diskusi Pendidikan: Back to School at New Normal Life