Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

AKSI 2024: Membangun Kesadaran Kolektif, Mendorong Gerakan Nyata

Program AKSI yang digagas oleh Departemen Kastra Fakultas Psikologi Universitas Airlangga bertujuan mendorong mahasiswa KM Psikologi untuk secara nyata menyatakan kepedulian terhadap isu strategis maupun sosial. Program ini terbagi menjadi dua jenis: Aksi Rutinan, yang dilaksanakan setelah Forum Diskusi (Fordis) untuk menindaklanjuti hasil kajian, dan Aksi Insidental, yang dilakukan secara tentatif berdasarkan urgensi isu yang muncul. Output dari Aksi Insidental dapat berupa poster propaganda, pernyataan sikap, atau demonstrasi.

Pesatnya perkembangan teknologi membawa dampak signifikan dalam mempermudah berbagai aspek kehidupan, terutama di dunia pendidikan, interaksi sosial, dan pergaulan. Teknologi kini tidak hanya menjadi alat untuk mendukung proses pembelajaran dan komunikasi, tetapi juga mendorong masyarakat ke era digitalisasi di berbagai sektor, termasuk dalam membentuk pola baru dalam pergaulan melalui platform media sosial. Salah satu inovasi yang muncul dari era ini adalah aplikasi kencan daring, seperti Tinder, Bumble, dan platform serupa lainnya. Aplikasi ini menawarkan kemudahan dalam memperluas jejaring sosial dan menciptakan peluang untuk membangun hubungan baru secara virtual. Namun, meskipun membawa manfaat, kehadiran aplikasi kencan daring juga diiringi oleh sejumlah dampak negatif yang tidak dapat diabaikan. Salah satu isu yang menjadi perhatian serius adalah meningkatnya angka Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Bentuk kekerasan ini mencakup berbagai tindakan seperti pelecehan seksual secara verbal, penipuan, hingga kejahatan digital seperti Revenge Porn. Ancaman ini menunjukkan bahwa selain memberikan kemudahan, teknologi juga menuntut tanggung jawab bersama untuk mengatasi risiko yang muncul demi menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna di era digital.

Melihat tingginya angka kasus Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) di Indonesia, Departemen Kajian Isu Strategis (Kastra) BEM KM Fakultas Psikologi Universitas Airlangga mengambil langkah strategis untuk mengangkat isu ini ke dalam ruang diskusi dan aksi nyata. Sebagai respons, digelar Forum Diskusi (Fordis) 1.0 bertajuk “Dating Apps: Kejahatan di Balik Romansa Dunia Maya” pada 26 Mei 2024, yang dilaksanakan bersamaan dengan AKSI 1.0.

AKSI 1.0 difokuskan pada pembahasan mendalam mengenai langkah-langkah yang harus diambil apabila seseorang menjadi korban atau mengetahui adanya korban Revenge Porn. Isu ini diangkat karena Revenge Porn, yang merupakan bentuk penyebaran konten intim tanpa persetujuan, semakin marak ditemukan di media sosial. Situasi ini menimbulkan dampak psikologis yang serius bagi para korban, sehingga edukasi mengenai tindakan yang dapat dilakukan sangatlah mendesak. Melalui AKSI 1.0, Departemen Kastra BEM KM Fakultas Psikologi Universitas Airlangga berupaya mengajak mahasiswa dan masyarakat untuk memahami cara memberikan dukungan yang komprehensif kepada korban Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO), khususnya Revenge Porn. Dukungan ini mencakup aspek emosional, sosial, hingga hukum, guna membantu korban menghadapi dampak psikologis dan sosial yang mereka alami. Dengan meningkatkan literasi dan sensitivitas terhadap isu ini, program ini bertujuan menciptakan ruang digital yang lebih aman dan mendukung terciptanya solidaritas sosial dalam menghadapi ancaman KBGO.

Kegiatan AKSI 1.0 berhasil menarik perhatian sebanyak 63 peserta, yang terdiri dari mahasiswa KM Psikologi Universitas Airlangga maupun masyarakat umum. Partisipasi dalam kegiatan ini diperoleh melalui penyebaran informasi menggunakan fitur Add Yours di Instagram resmi @kastrapsiunair. Dengan menyuarakan isu KBGO dan memberikan panduan praktis dalam menangani situasi terkait, diharapkan program seperti AKSI 1.0 dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan mendukung hak-hak korban kekerasan berbasis gender.

Kemajuan teknologi yang memudahkan akses terhadap media sosial membawa dampak yang luas, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, teknologi mempermudah komunikasi dan pertukaran informasi, tetapi di sisi lain, dampak negatifnya juga tidak bisa diabaikan. Salah satunya adalah munculnya kecanduan media sosial, penurunan kemampuan konsentrasi (attention span), serta gangguan pada kesehatan psikologis, terutama akibat kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Platform media sosial seperti YouTube, TikTok, dan Instagram kini dipenuhi dengan berbagai konten yang menunjukkan “standar sempurna” kehidupan, mulai dari penampilan fisik, gaya hidup, hingga pencapaian pribadi. Standar yang digambarkan sering kali menciptakan tekanan sosial bagi individu, terutama di kalangan mahasiswa dan pelajar, yang merasa terpaksa untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi dari lingkungan sekitar. Fenomena ini semakin terasa dengan adanya acara-acara seperti Clash of Champions yang populer pada bulan Juli lalu. Meskipun tayangan tersebut dapat memberikan inspirasi, acara tersebut juga memicu rasa rendah diri pada kalangan muda, yang merasa pencapaian mereka belum sebanding dengan tokoh-tokoh yang mereka idolakan. Tekanan ini semakin menguatkan perasaan insekuritas di kalangan generasi muda, yang merasa hidup mereka tidak sesuai dengan gambaran sempurna yang ditampilkan di media sosial.

Melihat urgensi permasalahan yang berkembang di kalangan generasi muda terkait standar sempurna yang ditampilkan di media sosial, Departemen Kajian Isu Strategis (Kastra) BEM KM Fakultas Psikologi Universitas Airlangga merasa perlu untuk mengangkat isu ini dalam diskusi yang lebih mendalam. Oleh karena itu, pada tanggal 26 Juli 2024, diselenggarakan Fordis 2.0 dengan tema “Cure The Insecure: Menelisik Perfect Standard Pada Kawula Muda”, yang dilanjutkan dengan kegiatan AKSI 2.0.

AKSI 2.0 dirancang untuk membantu peserta menyadari dan merayakan keunikan diri masing-masing, serta menghargai setiap pencapaian, sekecil apa pun itu. Melalui kegiatan ini, Departemen Kastra menekankan bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda, dan yang terpenting adalah bagaimana cara kita memandang, menghargai, serta memanfaatkan potensi diri. Selain itu, menerima kekurangan sebagai bagian dari proses perkembangan pribadi juga menjadi bagian penting dalam perjalanan menuju kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis.

Kegiatan ini juga memberikan ruang refleksi untuk mengurangi kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain, terutama di dunia maya. Salah satu pesan utama yang ingin disampaikan adalah pentingnya membangun kebanggaan terhadap perjalanan hidup pribadi, yang tidak kalah berarti dengan pencapaian orang lain yang sering kali terlihat sempurna di media sosial.

Pelaksanaan AKSI 2.0 dilakukan secara interaktif melalui fitur Add Yours di Instagram @kastrapsiunair, yang berhasil menarik perhatian 95 peserta. Melalui program ini, Departemen Kastra berharap para peserta dapat lebih fokus pada diri mereka sendiri dan mengurangi tekanan yang datang dari standar-standar sempurna yang sering kali tidak realistis. Dengan mendorong mahasiswa untuk mencintai diri mereka sendiri, AKSI 2.0 berupaya untuk menjadi inspirasi bagi orang lain dalam membangun kepercayaan diri. Semangat self-love dan kesadaran akan keunikan diri diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan mental generasi muda dan menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam cara pandang terhadap diri sendiri dan dunia di sekitar mereka.

Tahun 2024 menjadi momentum bersejarah dalam dunia politik Indonesia dengan diadakannya Pemilihan Umum, baik untuk memilih Presiden maupun Kepala Daerah. Pemilu kali ini melibatkan banyak pemilih muda, terutama dari generasi Z yang baru pertama kali berpartisipasi. Meski semangat partisipasi dari generasi muda sangat diharapkan, riuhnya dunia maya akibat perdebatan antar pendukung pasangan calon dan ketegangan politik justru menciptakan tantangan baru, terutama bagi kesehatan mental para pemilih muda. Banyak yang mengaku mengalami kelelahan mental atau burnout akibat intensnya arus informasi politik yang memanas. Data juga menunjukkan adanya peningkatan tingkat stres pasca-pemilu, yang menjadi perhatian serius bagi banyak pihak. Melihat permasalahan ini, Departemen Kajian Isu Strategis (Kastra) BEM KM Fakultas Psikologi Universitas Airlangga merasa penting untuk menyediakan ruang bagi generasi muda guna mendiskusikan sisi psikologis dalam konteks politik, serta membantu mereka menjaga kesehatan mental di tengah dinamika politik yang intens. Oleh karena itu, Kastra menyelenggarakan Forum Diskusi (Fordis) 3.0 dengan tema “Pusing Karena Politik: Singkap Sisi Psikologis di Tengah Panasnya Politik”. Fordis ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana politik dapat mempengaruhi kondisi psikologis dan memberikan tips untuk menjaga keseimbangan mental.

Sebagai kelanjutan dari diskusi tersebut, Kastra juga menyelenggarakan AKSI 3.0, yang dilaksanakan pada 26 Oktober 2024 melalui akun Instagram @kastrapsiunair dengan format yang kreatif dan interaktif. Melalui fitur Add Yours, peserta diajak untuk berimajinasi sebagai pejabat dan menuliskan kebijakan yang akan mereka terapkan. Format ini memberikan kebebasan bagi peserta untuk berbagi ide secara serius maupun dalam bentuk parodi sebagai sarana katarsis untuk melepaskan stres akibat dinamika pemilu. Meskipun jumlah peserta AKSI 3.0 tercatat lebih sedikit dibandingkan program sebelumnya, dengan total 45 peserta, kegiatan ini justru menjadi salah satu yang paling interaktif. Para peserta aktif berbagi refleksi, humor, dan ide kreatif melalui template, menciptakan suasana yang ringan namun penuh makna. AKSI 3.0 memberikan ruang bagi mahasiswa untuk menyalurkan tekanan yang timbul akibat perpolitikan dan mengingatkan mereka bahwa politik tidak harus selalu dilihat sebagai sesuatu yang berat dan membebani. Dengan mengusung tema yang relevan dan format yang kreatif, AKSI 3.0 berhasil memberikan pengalaman berbeda bagi peserta, di mana mereka tidak hanya belajar mengenai pentingnya refleksi psikologis, tetapi juga merasa lebih terhubung satu sama lain. Dengan harapan untuk membantu generasi muda, terutama Gen Z, memahami politik dengan cara yang lebih sehat secara mental, Kastra berharap kegiatan ini menjadi langkah kecil dalam menciptakan kesadaran akan pentingnya kesejahteraan psikologis di tengah hiruk-pikuk politik. AKSI 3.0 mengajak mahasiswa untuk memandang politik dari sudut pandang yang lebih humanis, yang menekankan pada empati, refleksi, dan kontribusi yang konstruktif bagi masyarakat.